“ Let’s break up, Kim Taeyeon.”
Kim Taeyeon menutup kedua matanya mendengar Lima kata yang terucap begitu saja di bibir manis seorang gadis cantik di hadapannya. Tangannya yang berkeringat mengepal sempurna, bahkan beberapa kali gadis itu merasakan kesakitan saat kuku – kuku jarinya menancap ke telapak tangannya sendiri. Namun hatinya jauh lebih sakit.
Sedangkan gadis yang berada di hadapannya tidak berani menatap Kim Taeyeon, membuat Taeyeon semakin tidak kuasa memikirkan kalau hubungannya akan berakhir seperti ini, Yang ia tahu dan bayangkan selama ini adalah hubungannya akan baik – baik saja. Karna mereka berdua mempunyai karakter yang saling melengkapi.
Secara fisik gadis dihadapannya memang nyaris sempurna. Matanya berani dan jika tersenyum kedua mata itu bisa membentuk bulan sabit, Kulitnya putih mulus, rambutnya selalu tertata rapi. Namun semua itu bukan alasan Taeyeon mencintainya, Perasaan Nyaman adalah kunci utama mengapa sampai saat ini Taeyeon tidak akan pernah mau melepas gadis yang bernama Tiffany Hwang.
“ Lalu bagaimana dengan komitmen yang sudah kita buat?”
Taeyeon berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengeluarkan segala pertanyaan bodoh seperti ‘kenapa kita berpisah?’
‘apa salahku?’
‘apa kau tidak melihat seberapa besarnya aku mencintaimu?’
Meskipun faktanya ingin sekali ketiga pertanyaan yang ada di benaknya tadi ia lontarkan.
“ Komitmen itu tidak membuat hidupku berubah, Kim Taeyeon. Aku hanya ingin mempunyai hidup yang layak untuk ku buktikan pada daddy ku kalau aku bisa bekerja dengan lebih layak tanpa bantuannya atau siapapun.” Jawab Tiffany dingin.
“ Apa pekerjaanmu sekarang tidak layak menurutmu?”
Tiffany terdiam sebentar, matanya menangkap kedua bola mata Kim Taeyeon yang terlihat beda seperti biasanya. Yang belum pernah Taeyeon perlihatkan sama sekali dihadapannya. Membuat Tiffany semakin tidak berdaya melihat orang yang dicintainya ini seperti memohon tanpa meminta.
“ Aku seorang kasir di toko roti kecil, Kim Taeyeon. Kau paham maksudku kan?”
“ aku tidak perduli siapapun dirimu, selama aku nyaman bersamamu aku akan tetap terus bersamamu.” taeyeon mengatakannya dengan tegas, terdengar seperti memohon di telinga tiffany. “ jika yang kau butuhkan adalah sebuah materi, aku siap memberikan semuanya padamu. aku siap menggali isi bumi sampai ku temukan banyak emas dan ku berikan semua untukmu, asalkan kau terus bersamaku.”
Tiffany mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, merasa frustasi tidak tahu harus bagaimana. Ia tahu keputusan yang ia buat sangat menyakitkan untuk Taeyeon. Bukan hanya Taeyeon, dirinya sendiri pun ikut merasakan sakit karna perasaannya terhadap Taeyeon pun sama seperti Perasaan Taeyeon kepadanya.
Tiffany menggigit bawah bibirnya, “ Please Kim Taeyeon, Just let me go.” Ucap Tiffany lirih, disertai bulir air mata yang turun perlahan di kedua pipinya.
“ Apa aku penghalang bagimu sampai kau ingin aku pergi begitu saja?” tanya Taeyeon mencoba bersikap tenang.
Tiffany mengangguk sembari menutup mulutnya menggunakan punggung tangan kanannya agar tidak mengeluarkan isakan yang kencang. Melihat jawaban yang tidak pernah ia duga sama sekali, Taeyeon hanya tersenyum miris. Sebegitu mengganggunya kah dirinya untuk Tiffany?
Selama ini Tiffany yang ia kenal adalah gadis yang sederhana. Tidak pernah menuntut apapun yang berada diluar batas kemampuannya. Namun entah sekarang kemana Tiffany yang dulu ia kenal dengan baik?
Taeyeon mengangguk – anggukan kepalanya. Terlihat Gambaran kekecewaan dari raut wajahnya. Detik kemudian, Gadis pendek itu berdiri dan menatap Tiffany dingin, “ Saat ini aku memang belum mempunyai apa – apa. Tapi suatu saat kau akan menyesali keputusanmu sekarang Tiffany-sshi. Terimakasih untuk Dua tahun bersama dan mencintaiku APA ADANYA. Aku tidak pernah menyangka kalau perasaanmu padaku mempunyai batas EXPIRED.” Ucap Taeyeon dingin dengan penekanan pada kata ‘APA ADANYA’ dan ‘EXPIRED’.
Mendengarnya saja Tiffany paham jika Taeyeon dalam ambang emosi yang melewati batas. Makanya gadis itu tidak mengatakan apa – apa selain menundukan kepalanya menatap cangkir kopinya yang masih penuh namun sudah dingin.
Mungkin ini adalah keputusannya yang tepat. Dia harus merelakan Kim Taeyeon demi ekonomi keluarganya yang sangat kurang. Lebih baik mengorbankan perasaannya sendiri daripada dia melihat Ayahnya kelaparaan.
“ Goodluck for your choice, Tiffany-Sshi. Goodbye.”
Sepeninggal Taeyeon, Tiffany mengarahkan tatapannya ke kursi bekas Taeyeon duduk. Matanya masih mengalir air mata, bahkan sekarang lebih deras. Seandainya saja keadaan ekonomi tidak mendesaknya, mungkin sampai saat ini dirinya masih bisa tertawa dengan Kim Taeyeon. Dan sampai sekarang ini Kim Taeyeon masih berstatus sebagai kekasihnya.
“ I’m sorry Kim Taeyeon. I Love you.”
TBC